Metrokawanua. Com — Peredaran bahan bakar minyak (BBM) disejumlah stadion pengisian bahan bakar umum (SPBU) dikabupaten Minahasa Selatan (Minsel) disinyalir telah dikuasai oleh sejumlah mafia tanpa memperhitungkan kebutuhan masyarakat luas.
Para mafia BBM yang disinyalir terdiri dari pengusaha, pekerja media, politisi, bahkan keluarga pejabat telah menguasai peredaran BBM (Solar dan Pertalite) diSPBU Amurang dan Tumpaan. Modus operandi yang dilakukan secara terang-terangan baik dengan cara pengisian menggunakan jeringen maupun kendaraan dimana tengkinya telah dimodifikasi.
Hal ini menjadi perbincangan ditengah masyarakat apa terlebih para pemilik kendaraan. Masyarakat menilai hal ini bisa terjadi karena para penegak hukum terlebih Kapolres Minsel “Tak Bernyali” untuk melakukan penindakan.
Sebagai masyarakat kami hanya jadi penonton saja dengan apa yang dilakukan oleh para mafia ini. Suara kami seakan hanya sebuah nyanyian ditengah hutan belantara, kemana lagi kami harus menyampaikan keluh kesah kami jika aparat saja tak mau menanggapi. Mau tidak mau harus pasrah ketika akan menggunakan BBM terlebih solar dengan harga yang mahal, kalau tidak membeli kepada pengecer kendaraan kami yang merupakan sumber mata pencaharian untuk memenuhi kebutuhan keluarga tak bisa digunakan.
Harapan kami pemerintah provinsi maupun Polda Sulut dapat turun keminsel untuk lakukan penindakan terhadap para mafia ini, jika pun didapati seandainya akan unsur aparat dibelakang mereka ditangkap dan diproses sesuai hukum yang berlaku di negara ini tanpa ada pengecualian. “Ucap Tommi maupun Novan warga Amurang dan Tumpahan dengan raup wajah sedih
ketika media melakukan penulusuran lapangan diSPBU Amurang, Rabu (10/08/25) didapati pada mesin pengisian Pertalite dimana ada salah satu petugas yang bersikap arogan, saat melakukan pengisian menggunakan jeringen/gelon, sang petugas bersikap menantang ketika didokumentasikan, menurutnya pemilik jerigen/gelon yang ada adalah milik petani yang telah direkomendasikan oleh dinas terkait untuk melakukan pengisian. Memperjelas apa yang dikatakannya, diminta memperlihatkan surat yang dimaksud, tapi sayang oleh petugas hanya memperlihat KTP dan kop surat, sedangkan isi surat bahkan tanggal penerbitan surat tak diperlihatkan, dan langsung membawah surat tersebut kedalam ruangan. (feidy)